Pesona Pantai Pandansari Bantul dari mercusuar Kala Jivam Asti | ©Jelajahsuwanto |
Pesona Pantai Pandansari
Perut sudah penuh terisi makanan lezat di pantai Goa Cemara, sementara hari baru saja petang. Untuk menyalurkan energi Jelajah Suwanto memutuskan lanjut menyambangi pantai Pandansari yang jaraknya tertulis 500 meter dari Goa Cemara. Tak cuma pantai, Pandansari menawarkan atraksi wisata yang berbeda. Mercusuar Kala Jivam Asti, satu-satunya menara suar di pantai Bantul dan Agrowisata Buah Naga.
Mirip dengan Goa Cemara, bibir pantai Pandansari juga rimbun oleh cemara udang. Secara administratif pantai Pandansari berada di dusun Patihan, Gadingsari, Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Karakteristik Pandansari tidak jauh berbeda dengan Goa Cemara yang berpasir hitam lembut menghampar panjang. Sementara itu deburan ombak pantai selatan besar bergulung-gulung, maka si kecik kami larang bermain air lagi. Sebagai gantinya ia boleh naik ke menara suar.
Pantai-pantai di seputaran Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta | ©Jelajahsuwanto |
Mercusuar Samas DSI.4122.1 Disnav Cilacap
Menara suar itu bercat putih menjulang lebih kurang 40 meter ke angkasa. Di muka pintu tertulis Mercusuar Kala Jivam Asti, DSI.4122.1, Disnav Cilacap, Pandansari Beach, Bantul, 1997. Disnav merupakan kepanjangan dari distrik navigasi, dengan demikian menara suar Kala Jivam Asti berada di wilayah kerja distrik navigasi kelas III Cilacap. Sebagai informasi, area kerja kantor disnav Cilacap terbilang cukup luas, terbentang di sepanjang pantai selatan Jawa. Mulai dari Sukabumi, Jawa Barat, seluruh pantai Selatan di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan berakhir di Pacitan Jawa Timur.
Menara suar atau mercusuar Kala Jivam Asti DSI.4122.1, Disnav Cilacap, Pandansari Beach, Bantul | ©Jelajahsuwanto |
Spooky, kesan awal melongok pintu masuk Mercusuar DSI.4122.1, Pandansari | ©Jelajahsuwanto |
Menghantar senja di atas mercusuar Kala Jivam Asti Pandansari Bantul | ©Jelajahsuwanto |
Seluas mata memandang dari atas Senja mercusuar Kala Jivam Asti Pandansari Bantul | ©Jelajahsuwanto |
Berfoto, salah satu Aktrasi wisata di atas mercusuar Kala Jivam Asti Pandansari Bantul | ©Jelajahsuwanto |
Kala Jivam Asti, waktu adalah jiwa. “Menurutmu artinya apa?” Pak Suwanto bertanya ketika mengetahui maksud kala jivam asti. Jujur kurang pula kupahami makna filosofi tersebut.
Bergumul dengan pemikiran sendiri, aku mengira laksana jiwa manusia, waktu tak sekadar hitungan hari, siang bertemu pagi. Waktu adalah proses istimewa lahir, tumbuh, berbuah dan resap kembali pada keabadian.
Jika waktu adalah jiwa, maka
ia berharga setiap detak sekon-nya untuk kebaikan semesta. Sudahkah waktu menjadi jiwa bagiku? Rasanya waktu sering berlalu seolah biasa saja.
Bahari jiwaku, abdi untuk negaraku. Badai gelombang kan kuhadapi.
Kala jivam asti, s'mangat navigasi. Wawasku di lautan membentang.
Kala jivam asti, s'mangat navigasi. Bagiku waktu adalah jiwa.
Dalam gulita malam suar kan kucerlangkan. Cahya penuntun di kegelapan.
Kala layar terkembang, maklumat kan kusiarkan. Tuntun bahariwan ke labuan.
Junjung lima citra tulus layanan kuberi. S'gala bahaya kutempuh kuatasi.
Tak'kan pernah kubiarkan bahaya mengancam. Berlayarlah s'lamat arung nusantara
Kala jivam asti, s'mangat navigasi. Bagiku waktu adalah jiwa.
Dalam luasnya laut tatanan kan kurangkaikan. Haluan bagi bahtera bangsaku
Kala segara dilintas, layanku siap menjangkau. Pandu bagi armada negeriku.
O, ya ternyata ada peringatan hari Menara Suar yang jatuh pada 22 September. Apresiasi dan hormat untuk para penjaga menara suar di seluruh wilayah Indonesia.
Khawatir Eyang menunggu terlalu lama, keluarga Suwanto sebentar saja di puncak mercusuar. Eyang memilih menikmati petang dengan menyesap teh nasgitel, panas legi lan kentel di warung milik warga, persis di samping kompleks menara suar Pandansari. Kami juga titip parkir kendaraan di sana. Anak-anak turut melarisi camilan dan minum ringan yang ditawarkan.
Di samping kompleks mercusuar ada gazebo kecil, sebuah hammock yang dipasang di antara dua pohon cemara udang. Keluarga Suwanto sempat bermain-main sebentar di sana.
Pesan bagi sesama pengungjung yang juga ingin menaiki mercusuar, mari menjaga tangan, mulut dan hati. Tidak vandalisme, meludah, buang sampah seenaknya dan jangan terlalu berisik. Intinya saling, menjaga kebersihan lingkungan dan kenyamanan bersama.
Sebelum naik ke puncak mercusuar, kami mampir dulu ke kebun buah naga milik Pak Teguh Iswanto. Argowisata buah naga ‘Teguh Farm’ beralamat di Pantai Pandansari, Dusun Wonoroto, Gadingsari, Sanden. Terdapat 1665 rumpun buah naga tumbuh di atas lahan seluas 3.1 hektare.
Henry van Dyke menulis “Time is too slow for those who wait, too swift for those who fear, too long for those who grieve, too short for those who rejoice, but for those who love, time is eternity.”
Semoga setiap kita dimampukan menghidupi waktu pemberian-NYA untuk menjadi berkat bagi sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar