Konsumsi makanan dan minuman dari kebaikan alam adalah salah satu cara mengusahakan gaya hidup sehat |
“Mbak, biar wajahmu penuh senyum, tapi badanmu ini bicara banyak. Ndak bisa bohong kalau sama aku,” celetuknya mengagetkan. “Semua itu asalnya dari pikiran, Cah Ayu.” Lanjutnya seolah angin lalu.
🌿
Beberapa hari selepas persalinan si sulung, rasanya merupakan masa-masa
terberat dalam hidupku. Tubuh, emosi dan mental remuk redam. Apalagi, kami
sepakat sampai sulung selapanan aku tetap di Yogya untuk belajar dulu pada Ibu
mertua cara merawat bayi mungil. Jauh dari suami buat ibu muda labil ini adalah
tantangan berat. Siapa sangka kebaikan alami wedang uwuh mujarab mengembalikan kewarasanku.
Secerah pagi, senyuman Bu Gito menyapa. Ibu membuat janji temu dengan
ahli pijat terkenal di dusun kami. Spesialisasinya mengurut ibu setelah
bersalin dan adek bayi. Sulung di antrian pertama. Kentara sekali bayi mungil
di depanku itu terbuai menikmati setiap urutan tangan Bu Gito. Ah, beliau
memang sakti. Tak kudengar tangisan melengking yang bikin aku tergopoh-gopoh
panik.
Sementara pijat, Bu Gito minta disiapkan rebusan air mandi dari herba kayu
yang dibawanya. “Ini kayu secang, Mbak. Manfaatnya banyak sekali, kulit bayi
nanti jadi bagus. Terus bikin bayimu relaks, biar bobonya angler.”
Aku memperhatikan dengan saksama bagaimana Bu Gito memandikan bayi
yang belum puput itu. Kagum sekali aku pada kepiawaiannya.
“Sudah selesai, sampun wangi. Disusui dulu, Mbak” Bu Gito menyerahkan
sulung ke dalam dekapanku. Sulung menyusu lahap sekali, lalu terkantuk-kantuk
bahkan sebelum lepas dari ASI. Nyaman sekali, Nak.
Anugerah terindah seorang putra. Merangkul masa lalu, segala ketidaksiapan, kekhawatian dan kerapuhanku sebagai ibu muda. |
Kini giliranku. Bu Gito menyiapkan racikan rempah, herba serta minyak untuk pijat, luluran dan mandi. Semuanya
belum pernah kukenal. Bagiku sesungguhnya ini kearifan lokal yang bersumber
dari kebaikan alam. Patut dilestarikan.
“Mbak, biar wajahmu penuh senyum,
tapi badanmu ini bicara banyak. Ndak bisa
bohong kalau sama aku,” celetuk Ibu yang selalu energik ini mengagetkanku. “Semua itu asalnya dari
pikiran, Cah Ayu.” Lanjutnya seolah angin
lalu.
Sesuai anjuran, setelah pijat dan luluran aku juga mandi air secang.
Kugunakan sedikit waktu sebelum sulung bangun, berendam di air merah hangat.
Ya, memang enak di badan, pegal dan kaku berangsur hilang.
“Nanti habis mandi, minum wedang
uwuh. Racikannya sudah saya kasih ke Ibu. Minum pas anget-anget, mesti enak.
Yang penting sumeleh, nikmati peran
barunya dengan bahagia, Nggih.” Bu
Gito menepuk-nepuk pundakku memberi semangat. Aku tersenyum penuh terima kasih.
Ibu itu tahu-tahunya kalau aku banyak pikiran :d
Wedang uwuh tradisional. Foto dari https://www.herbadrinknatural.com |
Wedang uwuh sebenarnya seperti tumpukan segala rupa herba dan rempah. Mungkin
itu sebabnya dinamakan uwuh, dalam bahasa jawa uwuh berarti sampah. Setidaknya
ada 6 bahan alami, yaitu: kayu secang yang tadi kupakai mandi, jahe, pala, kayu
manis, cengkeh dan batang sereh. Semua bahan direbus hingga airnya mendidih
sempurna dan sedikit menyusut.
Kayu secang memberi sentuhan warna merah menggugah rasa. Aroma rebusan
menguar membawa bau unik perpaduan kayu manis, cengkeh, secang dan kawan-kawannya. Kupikir
rasanya bakal aneh, tapi ada sensasi lain di lidah, sedikit pedas hangat dan
manis. Ternyata Ibu menambahkan madu pada wedangnya.
Bila diuraikan satu per satu, setiap
bahannya memang terpercaya memiliki khasiat luar biasa bagi kesehatan, terutama
untuk menghangatkan badan, mempelancar aliran darah, anti oksidan dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Dilansir dari republika.com, Sekretaris Dinas
Kesehatan Jawa Tengah, Suharsi menuturkan setelah melalui uji laboratorium,
kandungan mineral wedang uwuh hanya satu tingkat di bawah air zam-zam.
Komposisi wedang uwuh, resep tradisional dari kebaikan alami |
Siang itu sulung tidur nyenyak sekali, dipijat dan mandi air secang
betul-betul bikin dia pulas. Aku punya banyak waktu menenangkan hati, menyesap
wedang uwuh pelan-pelan, sambil larut mendengar gending jawa dari suara radio
yang disetel Bapak. Perkataan Bu Gito terngiang kembali. Wanita separuh baya
itu seribu kali benar, pikiran adalah mula dari hidup sehat.
Perkenalanku dengan wedang uwuh amat berkesan, tepat di saat kutemukan kembali kesadaran untuk bangkit dari
ketidaksiapan sebagai ibu muda. Setiap aku menyesapnya, ada semacam energi
positif menghangatkan jiwa. Sejak hari itu aku berkomitmen untuk mengolah
pikiran dan laku hidup agar jiwa raga ini tetap sehat dan menjadi berkat,
setidaknya bagi anak-anak dan keluarga kecil kami. Hampir setiap hari selama di
Yogya, ada wedang uwuh yang membantuku bangkit.
Tapi, dalam bayanganku membuat
wedang uwuh agak tricky membutuhkan
sedikit usaha karena bahan-bahannya lumayan banyak. Oleh karenanya, wedang
uwuh selalu istimewa. Apalagi tidak lama berselang, keluarga kecil kami
merantau ke luar pulau. Di Sulawesi tak
kujumpai wedang uwuh.
Seiring waktu, aku berdamai dengan diri sendiri. Semua itu tak semudah membalikkan
telapak tangan. Butuh usaha dan kesungguhan setiap hari. Bagaimanapun, tetaplah
tersenyum, sayangi diri dengan makanan sehat, minum air dan istirahat yang
cukup, serta olahraga. Menjelajah bersama keluarga, memiliki waktu hening dan belajar
memaafkan.
Wedang uwuh Herbadrink, kebaikan alami yang diproses dengan teknologi modern |
Sudah belasan tahun sejak Bu Gito
dan wedang uwuhnya, tak sengaja aku menemukan wedang uwuh dalam kemasan di
super market. Komposisi wedang uwuh dengan merk Herbadrink ini sesuai dengan
racikan tradisional, ada Jahe
2000 mg, Kayu Secang 1000 mg, Kulit Kayu Manis 1000 mg, Biji Pala 500 mg,
Minyak Cengkeh 3 mg, Minyak Sereh 0.25 mg. Tentu saja berupa
ekstrak yang diolah melalui teknologi modern dari bahan murni.
Wedang uwuh Herbadrink praktis
sekali, tinggal seduh. Warna, aroma dan rasanya sempurna menghadirkan kembali kehangatan dan ingatan
masa lalu. Kali ini tanpa ribet, tanpa sampah. Biasanya aku suka wedang uwuh
hangat, lalu tergoda mencoba variasi dingin. Sama-sama enak, malah terasa segar
jika diminum dingin. Anak-anak juga menyukainya.
Senang sekali ada perusahaan yang peduli melestarikan resep
tradisional dalam kemasan modern. Dan kabar baiknya Herbadrink memiliki
banyak varian resep tradisional, seperti: Sari Jahe, Temulawak, Kunyit Asam, Lidah Buaya dan Beras Kencur.
Ribuan hari telah dilalui, bersama sulungku merengkuh kebaikan alami Gunung Lokon. |
Menuliskan jurnal ini, aku kembali merengkuh
masa lalu, merangkul segala ketidaksiapan, kekhawatiran dan kerapuhanku. Aku
bersyukur atas setiap momen yang diberikan kehidupan, entah itu lara maupun
suka dan berterima kasih dapat melewatinya. Konon, gaya hidup sehat dan
kebahagiaan hanya bisa dicapai bila kita menghadirkannya sendiri. Semangaat.
Aku enggak kebayang kalau mesti bikin sendiri wedang uwuh ini Mbak sri...duh alangkah ribet sekali. syukurlah saat ini sudah tersedia dengan kepraktisannya wedang uwuh dari Herbadrink ya. Dengan kebaikan alami bisa kita nikmati kapan saja saat perlu.
BalasHapusHepiii!!
Iya ribetnya itu loh kalau bikin sendiri. Zaman sekarang maunya yang serba praktis ya :d
HapusJadi ingat waktu melahirkan anak pertama dulu Mbak. Saya juga merasakan hal yang sama dengan Mbak. Dulu belum kenal wedang uwuh, adanya jamu herbal hehehe. Beberapa waktu yang lalu sempat mencoba Mbak. Dapat oleh2 dari suami. Rasanya memang enak, menghangatkan.
BalasHapusPengalaman pertama jadi Ibu memang luar biasa ya, debar-debar hangat :D
HapusIya kan emang enak Wedang uwuh itu, unik rasanya.
Wedang uwuh aku suka titip udah kemasan tapi musti digodok kalau ada yg ke Jogja. Baru tahu Herbadrink ngeluarin juga Wedang Uwuh. Sip...tinggal seduh ya engga perlu repot. Tambah lagi perbendaharaan Herbadrink, selain Sari Jahe dan Kunyit Asem.
BalasHapusIya, Mbak, Herbadrink layak dicoba. Praktis, mudah didapat.
HapusBaca paragraf-paragraf awal kok aku mbrebes ya Mba. Inget awakkj dewe pas abis lairan si Mbarep. Huhuhu hidupku kok ambyar sekali waktu itu. Apalagi berada jauh dari ortu dan mertua, anak yang begitu spesial, dan baby blues syndrome yang menempel manjah. Lengkaplah sudah. Coba dulu ada simbok pemijat yang menenangkan seperti ini ya. Mgk ceritaku akan sedikit berbeda hehehe. Eniwe semangaaat ngebolang lagi ya
BalasHapusPeluk Simbok Bety. Dulu ambyar sekarang sukacita ya. Haha iya, Simbok pijet itu penyelamat je.
HapusYuni baru dengar namanya wedang uwuh. Baru ini. Mungkin di Madura nggak ada yang begini kali ya? Hehehe
BalasHapusTapi kalau ada yang praktis begini, mungkin lebih nyaman. Hehehe
Oh di Madura gak ada ya, Mbak Yuni? Boleh coba wedang uwuh Herbadrink berarti, hehe
HapusUwuh tu artinya sampah, kenapa dinamain wedang uwuh karena menyeduh wedang uwuh ini meninggalkan banyak sampah/ampas. Baru tau kalo herbadrink ada wedang uwuhnya juga, jadi praktis ya, ga ada sisa ampasnya.
BalasHapusIya betul sampah yang berkhasiat, Mbak.
HapusKalau Wedang uwuh Herbadrink ndak berampas, langsung teguk :D
Samaan mb aku suka wedang uwuh untuk ngusir masuk angin. Secara aku tuh gmpang banget terserang. Minum wedang uwuh jd hangat dan brigas lagi
BalasHapusSuipp ...
Wuiiih mantapp, langsung brigas bagas warah, nggih, Mbak.
HapusWah aku kok jadi pengen ngerasain wedang uwuh juga ya mba hihihi . Belum pernah ngerasain soalnya. Kayaknya enak minum itu abis kedinginan terus nonton drama korea hahaha. Mantep kayaknya ya
BalasHapusAhahaha cocook, Bun. Anget-anget liat yang romantis ala drakor :D
Hapus