Bangga menjadi narablog |
Pada Senja Itu
Pada suatu senja dengan rintik hujan, seorang ibu berputera dua duduk di depan cermin. “Aku harus menulis catatan perjalanan keluarga kecilku!”, ucapnya pada wajah bulat yang menatap lekat.
“Kelak anak-anakku dapat bertualang kembali ke masa kecil mereka. Tulisan itu adalah prasasti cinta Keluarga Suwanto. Kisah tentang jelajah dan limpah kasih sayang semesta.”
Demikianlah
malam itu, pada medio 2015 di suatu senja dengan rintik hujan, jelajahsuwanto
mulai direka.
Catatan
perjalanan Keluarga Suwanto kurangkai di penggal lempengan maya. Wadah itu tertanam
dalam sebuah blog gratisan, Blogpsot. Tak mengapa, bentuknya carut marut, aku
hanya ingin menulis. Jelajahsuwanto cuma coretan seorang ibu untuk kedua
puteranya. Coretan yang kadang kala berasal dari ingatan lampau yang diabadikan Pak suami lewat
foto.
Kutumpahkan
saja, apa yang ingin kutulis. Pengalaman menarik, tidak menarik. Petualangan menegangkan
maupun membosankan. Surga yang tersembunyi atau fasilitas tak memadai. Indah, buruk,
suka, duka. Tak peduli baik dan benarnya kaidah penulisan.
Hamburan
kata-kata tak beraturan itu hanyalah cerita hatiku, untuk kami, untuk Keluarga
Suwanto. Keluarga akan tetap mafhum walau bahasaku amburadul.
Meski bersifat pribadi, catatan itu ada di ruang publik. Mungkin yang berjodoh, dapat saja menemukannya.
Meski bersifat pribadi, catatan itu ada di ruang publik. Mungkin yang berjodoh, dapat saja menemukannya.
Kini
baru kutahu, di zaman era digital, kegiatan macam aku ini, bisa disebut sebagai
narablog atau blogger. Dilansir dari laman Wikipedia, narablog sendiri adalah istilah untuk menyebut seseorang yang memiliki sebuah blog serta menyunting isinya secara berkala maupun tidak. Atau dalam bahasa Inggrisnya lebih dikenal sebagai blogger.
Momen istimewaku sebagai narablog, sederhana saja terjalinnya silaturami dan syukur-syukur memberi setitik manfaat bagi pembacanya |
Terapi Jiwa
Sedikit
banyak, dengan menulis atau berkegiatan sebagai narablog, aku menjadi lebih
tenang. Bisa jadi, mengeluarkan isi hati lewat tulisan adalah terapi bagi
jiwaku yang gersang. Ah ya, gersang… Sungguh, di masa itu, aku masih seorang
ibu yang banyak labilnya. Dalam sekejap, aku larat berontak dirasuki ambisi tetap
ingin bekerja. Namun, selincam pula, dapat kembali sadar pada fitrahku, menjadi
sebaik-baiknya ibu sepenuh waktu, jiwa dan raga. Begitulah, tergantung kemana
angin mood bertiup, suasana hatiku mudah
terombang-ambing.
Anehnya,
sejak lena dalam pintalan kata-kata, aku lebih tenang. Pekerjaan domestik ibu
rumah tangga, keperluan anak-anak dan suami, aman. Centang perenang mainan si
kecik, beranak pinaknya baju kering di keranjang setrika, lewat.
Aku
tak lagi terlibat konser solo beroktaf-oktaf di dalam rumah. Senyumin aja, woless. Menulis meredam
“panasnya” batin.
Momen Spesialku sebagai
Narablog
Demikianlah
aku punya kesibukan, mengisi luangku dengan menulis curhat cerita perjalanan kami di blog. Lalu, datanglah komentar
itu. Jejak dari mereka yang rupanya membaca cerita kami. Katakan aku norak, hal
ini yang kumaknai sebagai momen spesialku.
Seperti
misalnya komentar dari anonim di jelajah Pantai Mandala Ria. “Terima kasih banyak untuk ulasannya
mengenai Pantai Mandala Ria. Kebetulan foto rumah kayu yang di samping kapal
Phinisi itu adalah milik keluarga suami. Kami akan senang bila Bapak dan Ibu
sekeluarga mau singgah kembali ke pantai dan rumah kami”.
Atau
komentar yang mencari informasi, berterima kasih atas inspirasi perjalanan, dan
semacamnya. Bagiku, itulah momen spesial. Ketika sepenggal kisah mendatangkan kesempatan menjalin silaturahmi dengan orang lain. Syukur-syukur menyajikan setitik manfaat bagi pembacanya.
Momen istimewa sebagai narablog menjalin silaturahmi dengan para penulis mumpuni |
Selain
itu, siapa sangka jelajahsuwanto mengagihkan kebetulan-kebetulan manis dan
istimewa. Beberapa tulisan di blog ini ternyata membawa rejekinya sendiri. Seperti
tulisan Mendaki Nglanggeran Hati-hati Ketagihan menjadi pemenang ke-2 dalam lomba traveling paling seru yang
diselenggarakan oleh Liputan6.com bekerjasama dengan Pertamina. Atau Skyscanner Dan Cerita Jelajah Anak Rantau sebagai juara 3 kategori konten, kompetisi blogging bertema “Aha” Moment Saat
Travel” yang diselenggarakan oleh Skyscanner dan C2live.
Tak
akan aku sampai pada silaturahmi dengan mereka para narablog yang mumpuni, para
ibu yang memiliki passion yang sama dalam dunia tulis menulis.
Kini
bila ada yang bertanya: “Ibu kerjanya apa?” Dengan bangga akan kujawab: "Saya ibu rumah
tangga yang punya sampingan jadi narablog." Lalu kuiringi senyum simpul, karena
yang bertanya akan berkernyit tanda masih aneh dengan istilahku.
Resolusi 2019
Jelajahsuwanto
masih jauh dari sempurna. Baru saja berdomain.com pada penghujung 2018. Blog
ini masih perlu berdandan dan dibenahi. Baik tampilan, pun, utamanya cerita
perjalanan keluarga suwanto sendiri. Aku masih seorang ibu yang tertatih-tatih
dengan manajemen diri. Adalah
KONSISTEN, resolusi 2019 yang harus kurawat dan kujalani.
Pada
akhirnya kebanggaanku sebagai seorang narablog, jika boleh dikatakan demikian,
bukan terletak pada materi, apresiasi dan puja puji.
Aku
bangga ketika marwah jelajahsuwanto ini tetap kuhidupi dengan tulus. Ketika aku
menulis hanya untuk menulis, bukan menulis dengan harap pamrih.
Semoga demikian.
Suka sekali bacanya tulisannya. Terus menulis dan selalu menginspirasi 😍
BalasHapusSenangnya ya mbak kalau tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Ngomong-ngomong suka deh baca tulisan mbak, kosakatanya kaya. Terima kasih sudah berbagi ya mbak.... :)
BalasHapus