|
Bundaran air mancur Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
Percaya atau tidak, The Prayer ujug-ujug mengudara persis ketika Keluarga Suwanto hampir tiba di mulut Gua Sumpang Bita. Padahal lagu yang dinyanyikan Celine Dion feat Andrea Bocelli ini ada di playlist blackberry di folder music. Blackberry dalam keadaan terkunci, tersimpan di saku celana Pak Suami. Artinya, perlu niat khusus untuk membuka lagu itu. Entah bagaimana The Prayer bisa berkumandang sendiri. Merinding. Sebuah kebetulan yang kedua.
“I pray you’ll be our eyes and watch us where we go. And help us to be wise in times when we don’t know. Let this be our prayer as we go our way. Lead us to a place, guide us with your Grace to a place where we’ll be safe”.
|
Petunjuk arah Taman Purbakala Sumpang Bita, harus jeli menemukannya || JelajahSuwanto |
Taman Purbakala Sumpang Bita, bukan agenda Jelajah Suwanto pada Jumat siang itu. Kami hanya sedang menikmati perjalanan di bulan Juli yang bermandi matahari. Dan baru saja akan kembali ke Makassar dari menikmati Sop Kikil Andi Makmur di Pangkep.
Niat sebenarnya memang mau survei jalan menuju Ramang-ramang, tapi salah belok. Jika saja tidak nyasar, kami tak akan menemukan papan petunjuk kecil bertuliskan Sumpang Bita Prehistoric Park. Itulah kebetulan yang pertama.
Dan seperti biasa sinyal jelajah kami menjadi 5G, tak terbendung.
|
Bukit-bukit karst terlihat dari Baloci, diabadikan dalam perjalanan menuju Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
Jalan Menuju Taman Purbakala Sumpang Bita
Dari arah poros Pangkep-Makassar, kami belok kiri masuk ke jalan kecil menuju Pabrik Semen Tonasa. Daerah dengan pemandangan bukit-bukit karst itu merupakan kawasan pabrik dan perumahan Semen Tonasa di kecamatan Balocci, Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Tak heran semenjak tadi, truk-truk besar pengangkut semen hilir mudik di jalanan bumpy ini.
Meski sudah minta bantuan Mbak-mbak Google Map, kami masih jua ragu. Syukurlah di depan Kantor Pos Pabrik Semen Tonasa saya boleh bertanya pada seorang ibu yang sedang memarkir sepeda motor. Maaf ya Bu mengganggu waktunya, Ibu guardian Jelajah suwanto hari itu.
“Ikuti saja jalan ini. Di kanan jalan nanti ada petunjuk Leang Sumpang Bita. Eee..., nanti harus naik seribu tangga kalau mau sampai di leangnya. Ada juga air mancur, bagus mi tempatnya.”
Woooww seribu tangga. Mari kita jelajahi! |
Pos Penjaga Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
Tidak sampai 15 menit, kami tiba di gerbang bertuliskan Taman Purbakala Sumpang Bita, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan. Pos penjaga kosong, sepi tak ada orang. Lagi bingung celingak-celinguk, seorang Bapak berbaju putih tergopoh-gopoh lari ke arah saya.
“Mau masuk ke leang (Gua)?” tanyanya masih terengah-engah. “Iya Pak, dibuka untuk umum kan?” timpal saya.
“Iyee Bu. Silakan isi buku tamunya. Tiket masuk Rp.5000,- per orang. Adek kecil tidak perlu bayar.” Pak Satpam melanjutkan informasi. Kali ini napasnya sudah tertata.
“Di sini apa yang bisa dilihat, Pak?” Saya masih penasaran. “Ada Gua Purbakala, Bu. Tapi harus naik 1000 tangga.”
|
Bersih dan Sunyi, itulah kesan pertama Taman Purbakala Sumpang Bita, Pangkep || JelajahSuwanto
|
Taman Purbakala Sumpang Bita Bersih dan Terawat
Bersih terawat, tenang menjurus sunyi. Itulah kesan pertama saya ketika memasuki situs Taman Purbakala Sumpang Bita ini. Sepasang muda-mudi menyalip kami. Yes, kami bukan pengunjung satu-satunya.
“Bun, kita gak bawa minum, ya?” Pak suami tiba-tiba nyeletuk. Ehemmm ternyata dia habis melirik pasangan muda-mudi itu. Mereka nenteng teh kotak.
“Ooo iya, lupa, malah ditinggal di mobil eh. Mau balik lagi?”
“Emmmmm . . Bunda aja deh ... hehehehe”
Tidaak. Kita dah jalan lumayan jauh loh yaa, hampir naik seribu tangga. Sebab teramat malas balik ke parkiran, kami hanya berbekal minuman soya bean punya si Mas yang tinggal seperempat botol.
Sebuah kesalahan fatal.
|
Siap menjelajah Taman Purbakala Sumpangbita, Pangkep || JelajahSuwanto |
Taman Prasejarah Sumpang Bita Selayang Pandang
Informasi mengenai Taman Prasejarah Sumpang Bita bisa dilihat pada tugu batu, papan pengumuman dan rumah informasi. Sayang sekali, hari itu rumah informasinya tutup.
Tugu batu menerangkan informasi peresmian Taman Prasejarah Gua Sumpang Bita Pangkep, tertanggal 30 maret 1987 yang diresmikan oleh Dirjen kebudayaan DepDikbud RI, Prof. Dr. Haryati Soebadio.
|
Sumpangbita Prehistoric Park: Informasi Taman Purbakala Sumpang Bita, Pangkep ||JelajahSuwanto |
Sementara itu papan informasi Taman Purbakala Sumpang Bita memberikan detail lebih banyak mengenai lokasi dan riwayat penelitian. Berikut, informasi dari papan tersebut:
Taman Purbakala Sumpang Bita
Taman Purbakala Sumpang Bita berada di Desa Sumpang bita, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan. Berada di Kilometer 55 sebelah utara Kota Makassar dengan letak astronomiknya 54 5 4 53.8 E119 38 3 8.7 dengan luas kawasan sekitar 2 ha, yang terbagi atas tanah datar dan gunung kapur.
Di kawasan Taman Purbakala Sumpang Bita terdapat dua gua prasejarah yaitu Gua Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi.
Sekilas Riwayat Penelitian
Gua Sumpang Bita pertama kali ditemukan oleh seorang warga setempat yang bernama Lantara Dg. Paduni pada tahun 1974. Setelah penemuan ini kemudian oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar bekerja sama dengan Jurusan Sejarah Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin mengadakan Ekskavasi Di Gua Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi.
Berdasarkan hasil ekskavasi ini serta dalam rangka pelestarian Gua Sumpang Bita dan Gua Bulu Sumi sebagai cagar budaya yang perlu dilindungi dan dilestarikan kemudian dilakukan penataan baik pada guanya maupun pada lingkungan gua, berupa pemberian pagar keliling, pembuatan jalanan, jalan setapak yang dibuat bertrap, pembuatan taman serta pembangunan rumah informasi dan pos jaga. Pelaksanaan pelestarian ini terlaksana atas dukungan dana dari pemerintah pusat (APBN) serta bantuan dari Pemerintah Daerah Pangkajene Kepulauan berupa pembebasan lahan seluas 22 ha.
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2011
***
|
Belajar tentang alam di Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
Oke, jadi tujuan utama dari situs Taman Purbakala Sumpang Bita ini adalah gua di puncak bukit karst. Untuk kenyamanan pengunjung, pengelola telah membuat seribu tangga beton di tengah kerimbunan hutan. Pohon-pohon besar vegetasi hutan karst memayungi jalanan mendaki.
Daun-daun lebatnya membentuk kanopi menahan terik mentari. Suasana
menjadi redup, sirep. Sesekali angin memainkan dedaunan menghantar
gemerisik yang membawa nuansa 'lain'.
Benarkah seribu?
Halaah untuk urusan seribu tangga ini kami percaya saja, enggan membuktikan. Lebih tepatnya malas berhitung.😊
“Bunda, bunganya cantik!” Adek kecik memecah keheningan ketika menemukan bunga biru di tepi jalan.
“Lihat, lihat keongnya bagus deh. Aku belum pernah lihat keong kayak gitu,” gantian Mas berceloteh saat melihat keong bercangkang unik. Mas akan membaca keras-keras setiap kali menemukan informasi nama pohon dan familinya.
Kami gembira anak-anak semangat dan mendapat pengetahuan baru dari jelajah Sumpang Bita ini.
|
Salah satu fasilitas umum tempat duduk di pos perhentian Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
Fasilitas Umum Taman Purbakala Sumpang Bita
Fasilitas umum di Taman Purbakala Sumpang Bita lengkap dan terawat. Toilet, parkir, mushola, tempat duduk dan titik kumpul. Jika lelah mendaki, pengelola telah menyediakan gubuk kayu untuk beristirahat di setiap pos perhentian.
Sebenarnya di beberapa pos ada tanda-tanda penjual minuman. Boks es berwarna oranye yang biasa kita jumpai di warung kecil sempat menyalakan harapan. Namun entah kenapa siang itu tak satu pun yang buka.
Tiba di pos kedua, kami menemukan persimpangan. Muda-mudi yang tadi menyalip lagi duduk dempet-dempetan sambil main hape.
“Guanya ada dimana, Dek?” saya iseng tanya mereka.
“Tidak tahu ji, sepertinya masih ke atas.” Si pemuda menjawab malas-malas.
“Kalau jalan yang ini kemana?” iseng saya masih lanjut, sambil menunjuk ke arah persimpangan.
“Oh, di sana ada air” balasnya enggan.
“Ok, terima kasih. Kami coba lihat deh.” Saya tersenyum.
“Iye.” Bisa kurasakan bete pada suaranya.😂
Ya, memang ada aliran air jernih dari gua batu. Sepertinya air ini disalurkan melalui pipa–pipa untuk mengairi area Taman Purbakala Sumpang Bita. Yang menarik di sini ada pohon besar menempel ke dinding gua. Akarnya menjuntai sampai di jalan.
|
Sumpangbita Prehistoric Park: tangan-tangan iseng yang merusak keindahan alam +jelajahsuwanto |
Stop Vandalisme
Sayang sekali di situs purbakala yang dilindungi, masih banyak tangan-tangan tak bertanggung jawab. Vandalisme dengan tulisan-tulisan di tembok,dinding gua bahkan di pohon. Maunya apa sih?
Hambook, ayo kita turut menjaga warisan budaya. Kalau bukan kita terus siapa lagi?
Kami siap meneruskan pendakian. Pastinya balik ke arah muda-mudi tadi.
“Ayook, kalian gak lanjut naik?” Iseng saya kambuh lagi. Kali ini mereka cuma menjawab dengan senyum.
“Bunda ini... orang mereka lagi pacaran diganggu.” Celetuk si mas.
Whaat...? kaget saya. Anak 11 tahun sudah tahu pacaran. “Eemmm... emang pacaran apa Mas?” Saya menyelidik. “Gak tahu” Jawabnya ngeles.
“Masa gak tahu? Emang setau Mas apa?” Pak Suami ikut nimbrung, (kayaknya doi ikutan kaget, hehehe)
“Kata temen-temen sih kalau cowok cewek berduaan, itu lagi pacaran” jawab si Mas kalem.
“Oooh gitu...” kompak ayah dan bunda menjawab galau.
|
Lelah, jalur pendakian Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
|
Petunjuk Gua Bulu Sumi & Gua Sumpang Bita Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
Gua Bulu Sumi dan Gua Sumpang Bita
Anak-anak mulai kelelahan dan persediaan air minum habis sudah. Mereka mengaso duduk di undakan tangga. Entah sudah tangga ke berapa, yang nyata nampak semakin mendaki. Kuat ya Nak, di atas kita bakal lihat lukisan Suku Toala loh. Saya berusaha membesarkan semangat mereka.
Dan yaah, anak kecik balita itu menyerah. Seperti biasa dia tidak mau digendong Bapaknya. Nasib.
13 menit kemudian kami ketemu persimpangan lagi. Ada papan petunjuk Bulu Sumi Cave 10 m dan Sumpang Bita Cave 200 m. Dengan pertimbangan Gua Bulu Sumi lebih dekat, maka kami akan mengunjunginya setelah nanti turun dari Gua Sumpang Bita.
Mengambil arah kanan, kami menuju Gua Sumpang Bita. Jalanan menanjak sedikit, lalu landai. Sebelum
batu gamping yang berdiri seperti totem, suasana langsung berubah
drastis. Nyenyat yang dalam. Auranya langsung berbeda, itu menurut saya.
Ternyata Pak Suami merasakan hal yang sama. Bahkan ketika pulang melewati tempat itu lagi, kesenyapan terasa kuat. Mungkin karena medan ini adalah sebuah lembah. Entahlah.
Lebih ke atas lagi pemandangan gunung karst semakin jelas. Gagah dan menawan. 200 meter itu ternyata lama. Jalan masih terus mendaki. Adek mau berjalan lagi sebentar. Tapi kemudian nyerah lagi minta gendong. Tobat!
Semakin ke puncak penampakan dua gunung karst tambah jelas. Anak-anak terhibur dengan pemandangan dari ketinggian. Suara monyet dan burung riuh di kejauhan. Hampir sampai.
Dari petugas kebersihan yang akhirnya kami temui setelah turun bukit, diketahui Sumpang Bita berasal dari kata sumpang dan bita. Sumpang artinya pintu dan Bita artinya kampung. Atau bisa juga diartikan nama perkampungan masyarakat Bita, katanya berada di belakang gunung Leang. Mungkin di belakang gunung seperti terlihat di foto.
Mulut gua Sumpang Bita sudah terlihat. Ada sebuah gubuk peristirahatan persis di seberangnya. Kami yang kelelahan segera menuju ke sana. Dan di momen itulah Celine Dion mengagetkan kami. Lah loh ...😱 Dengan Pak Suami saya berpandang-pandangan heran. Serempak hening mendengarkan The Prayer hingga selesai. Anggap saja ada "pesan" untuk kami. Bukan sebuah kebetulan semata.
|
Gua Sumpang Bita terkunci || JelajahSuwanto
|
Pintu Gua Sumpang Bita Terkunci
Rasanya seperti dikhianati. Sudah berjuang sekuat tenaga mencapai Gua Sumpang Bita, mendaki seribu tangga sambil gendong balita lincah, jebulnya pintu gua terkunci. Pak Suami mencoba mengintip dari pagar tinggi yang terpasang di mulut gua, tapi tidak melihat apa-apa. Tidak terlihat objek yang menunjukkan warisan prasejarah. Sayang, penonton harus kecewa.
“Kenapa sih penjaga tadi gak bilang kalau pintu gua dikunci?” pikirku. Hahaha ya gitu deh manusia, maksudnya saya, suka nyalahin orang lain untuk mengobati kecewa. Jangan ditiru ya, itu gak bener.
Gua Sumpang Bita terletak 150m dari permukaan tanah atau 280m di atas permukaan laut. Dari hasil googling, ada beberapa sumber yang menuliskan bahwa Gua Sumpang Bita ini lebih dulu ditemukan oleh Fritz dan Paul Sarasin, naturalis dari Swiss antara tahun 1902-1903. Paul dan Fritz Sarasin pernah melakukan ekspedisi ke Sulawesi pada tahun 1893 hingga 1896, dan kembali lagi pada tahun 1902-1903 tersebut.
|
Lukisan di dinding Gua Sumpang Bita sumber http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmakassar
|
Mengobati rasa ingin tahu anak-anak, saya mencarikan lukisan di dinding Gua Sumpang Bita. Website Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia mencatat objek lukisan di dinding gua berupa gambar telapak tangan, lukisan babi rusa, lukisan perahu, serta cangkang molusca.
Setelah mendengarkan alunan The Prayer yang kaya makna, kami turun gunung. Mungkin saja Gua Bulu Sumi bisa disambangi. Turun terasa lebih cepat walaupun Adek Kecik masih nemplok di punggung. Tak apalah. Resiko seorang ibu yang mengajak balita mendaki seribu tangga harus saya terima dengan lapang dada.
|
Gua Bulu Sumi di Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto
|
Ayah
dan Mas jalan lebih dulu ke arah Bulu Sumi. Mereka terhenti karena
monyet-monyet hitam yang ramai bergelayutan di pohon turun menghalangi jalan. Sontak saya mundur teratur. Masih trauma saat digigit monyet di Sangeh Bali.
Dan Gua Bulu Sumi pun terkunci.
Petang menjelang, berarti pengunjung hari itu hanya Keluarga Suwanto dan sejoli yang masih betah di pos perhentian Taman Purbakala Sumpang Bit. Kali ini saya cuma melambaikan tangan. Isengnya sudah berganti lelah ingin buru-buru ke mobil.
Di bawah dekat toilet, kami berjumpa beberapa petugas kebersihan. Beberapa sedang menyapu, ada juga yang menyiram tanaman. Taman Purbakala Sumpang Bita memang rapi dan asri. Di sepanjang pendakian tadi, tak ada guguran daun yang mengganggu perjalanan. Malah lebih banyak bekas bakaran daun-daun kering. Salut untuk kinerja para petugas taman purbakala ini.
Kami sempat mengobrol dengan seorang Bapak petugas kebersihan, banyak cerita yang saya dapat. Ternyata perawatan Taman Purbakala Sumpang Bita mendapat dana dari pemerintah Pusat. Pengunjung taman masih kurang, biasanya hanya para mahasiswa yang melakukan penelitian. Wisatawan domestik dan mancanegara jarang berkunjung.
Saya jadi kepikiran mengajak teman-teman arisan di sini. "Kalau siang boleh ji, Bu. Nggak perlu itu surat izin. Nah kalau menginap, wajib ki membawa surat izin dari Dinas Pariwisata di Makassar". Demikian tuturnya.
"Oh tadi kita lihat monyet, ya? Iye di sini masih banyak monyet dan babi hutan. Kalau malam mereka turun gunung, biasa sampai ke taman ini, cari makan." Komentarnya lagi dalam logat Makassar yang kental.
"Aduh kasian ki. Pintu gua memang sengaja di kunci untuk keamanan. Soalnya banyak tangan jahil. "Kunci dipegang penjaga pos. Seharusnya dia antar itu pengunjung untuk bukakan pintu gua", tambah si Bapak. Ahhh sudahlah, Bapak.
Mendaki seribu tangga menuju Puncak Taman Purbakala Sumpang Bita membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam pulang pergi. Bagi kami, tentu saja ini menjadi dua setengah jam quality time Keluarga Suwanto.
Semoga setiap keluarga dapat menjadi perwujudan kasih Tuhan di dunia.
Let this be our prayer; Just like every child
Need to find a place, guide us with your grace
Give us faith so we'll be safe
Wah sangat seru petualangannya mas...kapan bisa ke sana ya...
BalasHapusyup, seru banget mas, berpetualang sama anak-anak itu :D. Ayo kalau ke sini disempatkan menjelajah . .
HapusTerima kasih telah ikut membuka jendela Wisata Indonesia
BalasHapusNice blog post it contain useful content
BalasHapusit helps a lot to get knowledge,once again thanks a lot,stay connected with sehatapni
online medicine
food with vitmin d
beta cyclodetrine
is atherosclerosis reversible