Pohon Kalumpang, ikon pulau samalona versi jelajah suwanto +fotojelajahsuwanto |
Yang menarik perhatian saya dari Samalona adalah sebuah pohon raksasa yang berdaun rimbun. Pohon inilah yang memberi warna hijau paling menonjol di Pulau ini.
Memuaskan rasa penasaran, saya bertanya pada seorang warga penghuni Pulau. Menurutnya, orang pulau biasa menyebutnya Pohon Kalumpang. Buahnya dapat dimakan sementara daunnya bisa untuk obat. Konon, Pohon Kalumpang ini sudah hidup ratusan tahun, sejak munculnya Pulau Samalona.
Sepulang dari Samalona, saya masih teringat dengan Kalumpang yang gagah itu. Dari Google saya masuk ke Wikipedia Indonesia, benar memang ciri-ciri pohon di pulau itu teridentifikasi sebagai Kalumpang atau Kepuh. Ternyata banyak manfaat dan kegunaan dari Kalumpang atau Kepuh ini. Berikut, penampakan buah dan daun Kalumpang dari wikipedia:
Di samping Kalumpang, berjejer Cemara Laut, yang senantiasa hijau setiap musim. Yang membuat saya takjub, ini pertama kalinya saya bisa melihat buah cemara. Bentuknya seperti buah pinus dalam versi mini.
Buah cemara laut di Pulau Samalona +fotojelajahsuwanto |
Cemara laut di Pulau Samalona +fotojelajahsuwanto |
Perairan Samalona pun sangat jernih, berbeda dengan losari yang sudah terkontaminasi limbah. Ikan-ikan kecil hari itu terlihat dimana-mana. Anak-anak semangat mengejar mahluk-mahluk imut yang ternyata sangat lincah itu.
Selain alamnya yang indah, ada beberapa hal lainnya yang menarik dan menjadi pengalaman dari jelajah kami kali ini.
Seorang ibu separuh baya, berbadan kurus memakai baju hitam terbalik. Baju itu membuatnya menjadi amat kurus dan lelah. Dia adalah penghuni pulau yang memiliki 7 anak. Tidak semua anaknya tinggal di pulau ini, mereka bersekolah di Makassar dan Lae-lae.
Seorang ibu separuh baya, berbadan kurus memakai baju hitam terbalik. Baju itu membuatnya menjadi amat kurus dan lelah. Dia adalah penghuni pulau yang memiliki 7 anak. Tidak semua anaknya tinggal di pulau ini, mereka bersekolah di Makassar dan Lae-lae.
"Bu, anak gadis yang besar tadi itu (yang menawarkan bale-bale pada kami) itu anak saya yang pertama, sudah 20 tahun, dia sekolah di Makassar. saya masih punya 4 yang besar-besar seperti itu bu... " (dalam hati saya ingin tertawa dengan kata-kata terakhir si ibu ini)
"Aduuh, setengah mati bu, saya cari uang untuk sekolah anak-anak. 6 anak saya, sekolah bu. Saya biar tinggal di Pulau, tapi banyak dengar kalau sekolah itu nomor satu bu, makanya saya berusaha sekuat tenaga biar anak-anak bisa sekolah"
Saya salut dengan kegigihan Ibu ini menyekolahkan anak-anaknya. Patut diteladani!
* * *
Pulau Samalona ini memang kecil, dari pencarian google, saya tahu jika luasnya hanya 2 hektaran. Untuk penerangan dan keperluan yang memakai listrik, para penghuni Pulau menggunakan genset. Sayur mayur dan kebutuhan hidup lainnya, semua didapat dari kota Makassar. Mereka harus menyeberang ke Makassar dengan perahu motor untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Wajar saja, jika harga makanan dan lainnya menjadi lebih mahal di Samalona. Bahkan untuk ikan pun mereka membelinya dari nelayan yang lewat.
Penginapan di Samalona, umumnya dari kayu dan beratap asbes, namun ada juga yang sudah bertembok. Saat kami mengelilingi Samalona, ditemukan juga penginapan yang cukup menarik penampilannya, terbuat dari kayu. Dari kacanya yang terbuka saya mengintip ke dalam, cukup nyaman sepertinya. Bertanya pada pak Tua di depan rumah tersebut, tenyata resort ini memang disewakan. "Tapi harganya pakai dollar bu, untuk perorangan 40 dollar per malam, sementara untuk sewa satu rumah disewakan 5juta per malam". Siapa tahu ada yang tertarik untuk reservasi di tempat ini, kami fotokan nomor yang dapat dihubungi.
Pulau Samalona saat ini dihuni oleh 17 keluarga, tetapi tidak semuanya menetap di Pulau ini. Ada beberapa yang tinggal di Makassar dan Lae-lae. "Yang menghuni tetap Pulau ini, hanya kami yang orang tua saja" demikian kata seorang bapak di pinggir pantai. Di dermaga masih terpampang papan berisikan nama-nama pemilik Samalona.
Dermaga Samalona pun tak kalah menarik. terbuat dari semacam jerigen yang disusun sedemikian rupa. sepertinya awet.
Dermaga dari semacam jerigen berwarna biru +Fotojelajahsuwanto |
Banyak hal kecil yang menarik dari Pulau Samalona yang mungkin luput dari pengamatan saya. Tetapi hari itu menjelajah di Samalona sangat berkesan.
Mari menjelajah Samalona! +Fotojelajahsuwanto |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar