Gua Maria Watansopeng Sulawesi: Sisi Lain Perjalanan


Gua Maria Paroki Santa Maria Bunda Pengharapan Wattansoppeng +fotojelajahsuwanto

The Other Side of Celebes

Di pagi hari itu kami sudah memiliki agenda untuk pergi ke Gua Maria Watansoppeng. Satu-satunya Gua Maria yang teridentifikasi google berada di Sulawesi Selatan. Hanya ada satu informasi yang sama. Gua Maria Paroki Santa maria Bunda Pengharapan, Jl. Samudera No. 48 Wattansoppeng. Jarak Makassar-Watansoppeng diperkirakan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam.

Jam di dinding kamar telah lama melewati angka 8. Kami masih juga berbenah. Padahal rencananya kami akan kembali ke Makassar pada sore hari. Jam tubuh kami memang harus segera diperbaiki, karena di saat hari libur secara otomatis mata akan terbuka ketika jarum jam melewati angka 7. Bepergian dengan dua orang putera berusia 10 dan 3 tahun tentu membutuhkan persiapan ekstra. Masih juga ditambah dengan sarapan bubur, mengisi nitrogen, pertamax dan mampir ATM. Jangan heran jika perjalanan menuju Watansoppeng baru benar-benar dimulai ketika jam mobil menunjuk angka 10:17. 

Matahari sudah memancarkan panasnya. Mengiringi kami yang sudah panas menyambut perjalanan. Avanza black metalic kami yang setia telah selesai menyusur tol dalam kota, kemudian masuk Kabupaten Maros. 
“Soppeng bisa ditempuh dari dua jalur, Bun. Jalur Buludua dan Camba.” ayah memberi penjelasan 
“Terus, kita mau lewat mana?” 
“Temen Ayah bilang, jalur Buludua jalannya rusak parah. So, kamu akan melihat the other side of Celebes” 
“Hmm, kayak apa tuh?” 
“Lihat saja dan nikmati” 
Baiklah jika begitu, mari kita nikmati saja jelajahnya.

Share:

Taman Prasejarah Leang Leang: Menelisik Jejak Prasejarah Dari Masa Ribuan Tahun Silam

Perlu ruang informasi yang lebih menarik bagi pengunjung Taman Prasejarah Leang Leang | © JelajahSuwanto
Perlu ruang informasi yang lebih menarik bagi pengunjung Taman Prasejarah Leang Leang   | © JelajahSuwanto


Memasuki jalan desa menuju Taman Prasejarah Leang Leang memang terasa sempit. Namun ia membelah pesawahan yang tengah ranum berbulir padi. Belum lagi, tebing-tebing karts berbalut hijau pepohonan anggun mengelilingi kompleks cagar budaya. Di tengah harmoni megahnya gugusan karts dan keheningan alam kita akan dibawa pada sebuah situs prasejarah dari masa ribuan tahun silam. 

Papan petunjuk Taman Prasejarah Leang Leang tertangkap mata saat Keluarga Suwanto hendak arisan di Taman Nasional Bantimurung. 
”Kalau nggak kesorean kita ke sana ya.” Ajakku pada ketiga lelaki tercinta itu. “Okeeee” jawab mereka serempak.

Matahari nyaris di penghujung barat ketika petugas Taman Prasejarah Leang Leang menyambut kami. “Sebelum Magrib biasanya sudah tutup, Bu. Mari silakan melihat-lihat”.  

Itu berarti masih ada 1,5 jam. Ayo menjelajah!

Share:

Jelajah Pulau Liukang Loe: Kesederhanaan yang Bersahaja

TK Satap di Kampung Buntutuleng Pulau Liukang Loe, Bira, Bonto Bahari, Bulukumba, Sulawesi Selatan +fotojelajahsuwanto+

Bukan Jelajah Keluarga Suwanto namanya, jika tidak apruk-aprukan alias menjelajah dalam perjalanan kami. Pun pada kesempatan kali ini, di suatu pulau, bernama Pulau Liukang Loe.

Setelah malam dan pagi yang menyenangkan karena acara Berkemah di Pulau Liukang Loe, Ayah dan bunda minta pendapat mas dan adek, apakah mereka mau ikut menyusur Pulau atau istirahat di penginapan?
Anak-anak memilih bermain di tenda. Mas siap sedia menjaga adiknya.
"Adek tidak akan cari-cari Ayah Bunda, mau main hotwheel sama mas saja"  Begitu janji adek.

Kami sepakat sebelum waktu makan siang, Ayah dan Bunda sudah kembali ke penginapan. Itu berarti ada waktu sekitar 1,5 jam untuk menjelajah. Ok, Let’s eksplor the island!

Share:

Berkemah di Pulau Liukang Loe

Berkemah di Pulau Liukang Loe +fotojelajahsuwanto+
Setelah senja di Pulau Liukang Loe, Keluarga Suwanto akhirnya kembali ke Pulau itu pada Medio Mei 2015. Kami sepakat akan berkemah. Mas dan adek begitu antusias mempersiapkan perlengkapan Jelajah Suwanto kali ini. 

Seperti di tulis dalam serba-serbi Tanjung Bira sebelumnya, bulan Mei air laut cukup horor bagi kami “manusia darat”. Perjalanan laut membutuhkan waktu hampir setengah jam. Biasanya 15-20 menit sudah sampai. 

Nyaris di tengah laut, mendadak mesin mati. Hufft, doa, doa, dan doa. Untunglah bapak yang mengantar kami begitu tenang, hal seperti ini biasa ia hadapi. Pula, memang beliau adalah “manusia laut”, lahir dan besar bersama laut.

Share:

Amatoa Resort Tanjung Bira : a perfect view from your bedroom, Sebuah Review

Perfect View from your bedroom at Amatoa Resort, Tanjung Bira
+fotojelajahsuwanto+
 . . . Tonight I celebrate my love for you
And soon this old world will seem brand new
Tonight we will both discover
How friends turn into lovers
When I make love to you . . ..


Begitulah kira-kira semestinya alunan musik menyambut kami, ketika memasuki bungalow Amatoa Resort yang akan menjadi tempat menginap malam itu.

Tapi ahhhh krucil – krucil itu begitu bahagia menemukan tempat ini, mereka sudah berkejar-kejaran saja mengitari tempat tidur. Lupakan saja merayakan cinta berdua, kita rayakan saja kebersamaan sebagai sebuah keluarga, ayah. .:D

Share:

Tebing Pantai Apparalang: Pesona Wisata Baru di Bulukumba yang sedang Berbenah

Tebing Pantai Apparalang Bulukumba
Tebing Pantai  Apparalang, destinasi wisata baru Kabupaten Bulukumba || JelajahSuwanto


Apparalang, nama itu nampaknya sedang menjadi pembicaraan hangat. Maka, pada Jelajah Tanjung Bira kali ini, Keluarga Suwanto harus menyambanginya. "Apparalang" dalam bahasa setempat berarti ujung dalam. Sekilas mirip-mirip Uluwatu di Bali. Tapi menurut kami, pemandangan lautnya lebih cantik Apparalang. Secara administratif tebing Apparalang berada di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Bagaimana Menuju Tebing Apparalang?
Dari poros Bulukumba - Tanjung Bira kami belok arah ke desa Ara. Sebagai ancar-ancar belok di Pertigaan SMKN 6 Bulukumba. Lalu masuk ke jalanan kecil beraspal mulus membelah kawasan hutan. Sekitar 2.5 Km berkendara akan ditemui papan petunjuk bertuliskan Pantai Apparalang.

Kontur jalan telah berubah menjadi jalanan beton yang menurun curam, hanya cukup untuk satu mobil. Mulanya, kami sempat khawatir jika harus berpapasan dengan kendaraan lain. Ternyata, pengelola telah mengatur agar jalur keluar masuk kendaraan dibuat berbeda.
Share:

Itinerary Jelajah Tanjung Bira 4 Hari 3 Malam

Keluarga Suwanto: Jelajah Tanjung Bira September 2015

Libur Idul Adha tahun 2015 ini, jatuh pada hari Kamis, 24 September. Pas ada hari kejepit, saat yang tepat untuk cuti. Keluarga Suwanto sepakat untuk kembali berkunjung ke Tanjung Bira. Berhubung hari kejepit tidak berlaku di sekolah Mas, maka dengan terpaksa Mas meliburkan diri satu hari saja. Sebenarnya ada beberapa pantai baru yang ingin kami jelajahi, namun hanya dua yang dapat direalisasikan yaitu Pantai Lemo-lemo dan Tebing Apparalang.

Berikut itinerary Keluarga Suwanto selama 4 hari 3 malam:


Share:

Tanjung Bira: Serba-Serbi Wisata, Waktu Terbaik, Transportasi dan Akomodasi

Tanjung Bira Medio Agustus || JelajahSuwanto
Pantai Tanjung Bira kala surut pada medio Agustus || JelajahSuwanto

Tanjung Bira. Saya rasa nama itu semakin berkumandang di kalangan pencinta pantai, baik itu domestik maupun mancanegara. Keluarga Suwanto sudah empat kali menjelajahi pantai berpasir putih ini. Dan kami jatuh cinta. Selalu ingin kembali untuk sekedar melepas lelah dan tentu saja merayakan hidup.

Maka, inilah serba-serbi Jelajah Tanjung Bira ala keluarga Suwanto:

Tanjung Bira, Selayang Pandang

Tanjung Bira merupakan daratan di ujung selatan Provinsi Sulawesi Selatan yang menjorok ke Laut Flores. Tanjung Bira memiliki pesisir pantai berpasir putih yang indah, laut yang tenang dan bawah laut yang cantik. Pesonanya tentu sudah terkenal luas, bahkan mungkin lebih dulu dikenal oleh para petualang Mancanegara. Terlihat dari banyaknya wisatawan asing di kawasan wisata ini. Penginapan dan tanah di kawasan Bira–Bara pun banyak dimiliki oleh warga negara asing.

Share:

Serba Serbi Jelajah Manado, Itinerary 3 Malam 3 Pagi 2 Siang



Pemandangan Gunung Lokon yang terletak antara Tomohon-Manado diambil dari Pesawat
Gegara Air Asia promosi tiket Makassar – Manado dengan harga menggoda, Keluarga Suwanto sepakat untuk menjelajahi Manado pada awal 2014. Hanya Rp.199.000,- saja pemirsah ... bayangkan . .
Tiket sudah dipesan sekitar 6 bulan sebelum keberangkatan. Kami mendapat tanggal yang available: pergi 30 Januari  dan pulang 2 Februari 2014. 

Dengan penuh semangat kami hunting info tentang Manado dan hotel untuk menginap. Beruntungnya saya, ada kawan baik di Manado, Sir Art Merung. Segera saya menghubunginya. Keperluan sewa mobil dan rekomendasi tempat wisata selama di Manado sudah diserahkan pada ahlinya. 
Selanjutnya Aston Manado Hotel menjadi pilihan kami selama 3 malam. Beres!. Tinggal menunggu hari "H"

Share:

Wisata Keluarga ke Gunung Galungung: Mengajak Adek Bayi Mendaki!

Yeaaay, adek sudah sampai di Gunung Galunggung . .
September 2011, lebaran yang penuh berkah. 
Keluarga Suwanto pulang kampung ke Nagaraherang, tempat lahirnya bunda. Walau pulang kampung tak pernah lengkap tanpa ‘kehadiran’ aki, tapi kali ini terasa penuh karena kakak beradek bisa kumpul bersama. Hari itu kami sepakat menjelajah Gunung Galunggung yang fenomenal.

Nini, neneknya mas dan adek pernah bercerita kala itu bunda baru sekitar dua bulan dilahirkan, kampung kami gelap gulita diguyur abu Galunggung. Suara dentuman dan gemuruh, pijar api di kejauhan membuat suasana mencekam. Bunda kecil dibawa lari aki dan nini menuju tempat aman. Popok bunda pun tercecer di jalan. Tak dapat dibayangkan bagaimana situasi saat itu. Letusan itu tercatat tanggal 5 Mei 1982 (Skala VEI Volcanis Exploxivity Index 4). Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan, berakhir pada 8 Januari 1983. Tentu saja menimbulkan kehilangan nyawa, kerugian harta benda, bahkan 22 desa ditinggal tanpa penghuni. Bahkan sebuah pesawat boeing milik British Airways berpenumpang 263 orang dikabarkan mengalami kerusakan empat mesinnya karena terbang di debu vulkanik Gunung Galunggung. Untungnya pesawat dapat melakukan pendaratan darurat di Bandara Halim Perdanakusumah.


Share:

Jelajah Rasa: Sop Kikil Andi Rahim Pangkep


Sop Kikil Andi Rahim Pangkep, Sulsel+jelajahsuwanto
Sop Kikil Andi Rahim Pangkep, Sulsel+jelajahsuwanto

Penampakan rumah makan sop kikil ini biasa saja. Kurang menggugah selera malah. Tetapi yang disajikannya dimuat di Kompas Travel. Rasa penasaran itulah yang mendorong Keluarga Suwanto melakukan perjalanan sekitar dua jam dari Makassar menuju Pangkep (Pangkajene Kepulauan). Demi mencicipi semangkuk Sop Kikil resep warisan Andi Makmur! Niat bangeet :D


Warung Sop Kikil Andi Rahim Pangkep, Sulsel+jelajahsuwanto
Sop Kikil Andi Rahim Pangkep, Sulsel: Warung makan +jelajahsuwanto

Siang itu, hari Jumat di penghujung Juli. Orang-orang sedang bersiap-siap untuk sholat Jumat. Waktu yang tepat bagi kami, karena rumah makan sepi, hanya kami sekeluarga.


Apa sih yang istimewa dari Sop Kikil ini? Yang katanya diminati banyak orang, langganan para pejabat pula. Mari kita Coba!

Share:

Wisata Keluarga ke Candi Prambanan

Komplek Candi Prambanan pada petang hari
Pada jaman dahulu kala . ..

Di Pulau Jawa, di sebuah daerah bernama Prambanan, berdiri dua Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Boko.
Kerajaan Pengging diberkahi dengan kesuburan dan kemakmuran. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana bernama Prabu Damar Moyo. Ia mempunyai seorang putra laki-laki bernama Raden Bandung Bondowoso.

Sementara itu Kerajaan Keraton Boko yang berada pada wilayah kekuasaan Kerajaan Pengging diperintah oleh seorang raja yang kejam dan penuh angkara murka. Ia berwujud raksasa besar bernama Prabu Boko. Meskipun begitu, ia memiliki seorang putri yang cantik dan jelita seperti bidadari, bernama Putri Loro Jonggrang.

Prabu Boko dibantu oleh patih yang juga berwujud raksasa bernama Gupolo. Prabu Boko berencana untuk memberontak dan ingin menguasai Kerajaan Pengging. Bersama dengan Patih Gupolo, kekuatan dibentuk, para pemuda Boko dilatih menjadi prajurit. Harta benda rakyat dikumpulkan untuk bekal selama pemberontakan.

Share:

Traveling Aman Bersama Anak, Siap Sedia Obat Andalan Keluarga!

Obat-obat yang wajib dibawa saat traveling
Tas obat mungil keluarga suwanto

Bepergian dengan anak-anak, apalagi salah satunya balita tentu memerlukan kesiap-sediaan dalam banyak hal. Obat-obatan termasuk dalam daftar “siap sedia” saya. Tas obat mungil selalu diikutsertakan hampir kemanapun kami pergi. Sedikit rempong tak apalah untuk berjaga-jaga.

Mohon maaf apabila tidak berkenan dalam penyebutan merek. Ini murni sebagai sharing obat apa saja yang kami bawa dalam perjalanan. Tidak dimaksudkan untuk kepentingan apapun. 

Berikut, obat-obatan dan alat kesehatan yang hampir selalu menemani Jelajah Suwanto:

Share:

Mari Menjelajah Bersama Anak-anak, Sekarang!

"Have u ever walked the camino, Senora?"
"No never, when I was young, I was too busy, and now that I am older, I'm too tired"


Cuplikan percakapan dari Film "The Way" di atas, begitu berbekas di hati saya.
Sebagian dari kita mungkin memimpikan untuk pergi ke suatu tempat, tapi untuk beberapa alasan tertentu, pada akhirnya niat itu urung dijalankan. 

Saya tidak mau menjadi senora di film tersebut.


Bagaimana jika sekarang saya sudah berkeluarga dan mempunyai anak-anak?

Sejak kecil, ayah saya selalu mengajak saya hampir ke setiap tempat, kemanapun ia pergi. Entah ke sawah, ke hutan, ke kolam, ke tempat dia mengajar, ke kota, kemana saja. Dari beliau itulah, saya menyukai perjalanan. 

Ayah saya walaupun pengajar agama, tetapi hanyalah seorang petani miskin yang bersusah payah menghidupi dan menyekolahkan kami. Tetapi, Ayah saya selalu punya cara mengajak kami liburan. Mengunjungi pantai, ziarah rohani, mendaki gunung, kemping, atau hanya sekedar botram* di hutan pinus.

Perjalanan itu tidaklah harus mahal.

Jika ayah saya saja dengan segala keterbatasannya bisa menunjukkan keindahan alam dan kasih sayang pada kami, maka sekarang saya pun harus bisa membaginya dengan anak-anak saya. 

Tulisan inspiring di kaos bali :D

Share:

Taman Purbakala Sumpang Bita, Pangkep: Mendaki Seribu Tangga Demi Melihat Jejak Prasejarah

Air mancur Taman Purbakala Sumpang Bita Pangkep || JelajahSuwanto
Bundaran air mancur Taman Purbakala Sumpang Bita || JelajahSuwanto


Percaya atau tidak, The Prayer ujug-ujug mengudara persis ketika Keluarga Suwanto hampir tiba di mulut Gua Sumpang Bita. Padahal lagu yang dinyanyikan Celine Dion feat Andrea Bocelli ini ada di playlist blackberry di folder music. Blackberry dalam keadaan terkunci, tersimpan di saku celana Pak Suami. Artinya, perlu niat khusus untuk membuka lagu itu. Entah bagaimana The Prayer bisa berkumandang sendiri. Merinding. Sebuah kebetulan yang kedua.

“I pray you’ll be our eyes and watch us where we go. And help us to be wise in times when we don’t know. Let this be our prayer as we go our way. Lead us to a place, guide us with your Grace to a place where we’ll be safe”.


Share:

Akkarena, Sebuah Kisah Tentang Persahabatan

Sepasang sahabat menunggu ombak di pantai akkarena pada suatu sabtu yang cerah.

 "Bersenang-senanglah karena hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti... sebuah kisah klasik untuk masa depan...
Bersenang-senanglah karena waktu ini yang kan kita banggakan
Di hari tua... woooh..."

Tiada Sabtu sore yang lebih pantas diingat, selain Sabtu ini. Sabtu yang cerah di penghujung Juli tahun 2015. Sebuah senja di Pantai Akkarena berkisah tentang persahabatan.

Adalah kisah persahabatan. Dua pasang sahabat. Kakak Beradik. 

Jelajah Keluarga Suwanto kali ini akan dimulai dengan kisah persahabatan Mas dan adeknya.

Suatu sore, sehari setelah kami tiba di sebuah negeri Anging Mamiri. Pintu sebuah rumah besar di sebelah rumah baru kami terbuka. Muncul seorang ibu muda. Ia tersenyum cantik. 


Bermula dari senyum itulah kisah persahabatan ini dimulai.
Share:

Malino Highland, Paket Komplit Wisata Keluarga

Malino Highland ||JelajahSuwanto
Kawasan ekowisata Malino highland dilihat dari Green Pekoe Cafe

Hari kedua Jelajah Malino, waktunya berpetualang! Dari kawasan penginapan Keluarga Suwanto berkendara terus ke atas dataran tinggi Malino. Melewati hutan pinus, kebun strawberi, lanjut hingga perkebunan penduduk. Kami baru menepikan mobil ketika jalan mulai tak nyaman dilewati, bergelombang dan sempit. 

Tengah hari kami memutuskan turun, merapat ke Malino Highland.

Melihat gerbangnya yang representatif, saya berharap-harap semoga fasilitas yang ditawarkan pun menarik. Harga tiket masuk per orang Rp.50.000,- untuk dewasa, Rp.25.000,- untuk Mas dan gratis untuk Adek kecik.
 

Tempat parkir dan ranch kuda malino highland
Area parkir yang luas, istal kuda, ranch, dan kandang domba di kawasan Malino Highland
Share:

Kapel Panti Samadi Ratna Miriam Malino, Tempat Bersejarah yang Damai

Kompleks Panti Samadi Ratna Miriam, Malino
Kompleks Panti Samadi Ratna Miriam, Malino

Hari Kedua Jelajah Malino, hari Minggu yang penuh berkat. Pagi itu dengan penuh semangat Keluarga Suwanto berjalan kaki menuju Kapel Panti Samadi Ratna Miriam untuk merayakan Ekaristi. Syukurlah, semalam kami telah survei ke kapel ini. Biarpun ketakutan digonggong anjing hitam yang bawel, tapi kami beruntung karenanya muncul dua lelaki muda berkulit legam. Dari merekalah, kami mendapatkan jadwal Misa Minggu pagi yaitu Pk.07.00 WITA.

Kompleks Panti Samadi Ratna Miriam, Malino
Kapel Panti Samadi Ratna Miriam Malino

Kapel Panti Samadi Ratna Miriam

Kapel Panti Samadi Ratna Miriam dikelola oleh para suster Kongregasi JMJ (Jesus, Maria dan Josef) di Jalan Waspada No. 4 Malino, Gowa, Sulawesi Selatan. Seperti halnya di semua tempat samadi yang dikelola biarawan-biarawati kalau saya sih selalu merasa ada damai saat mengunjunginya. Saya percaya doa-doa tulus yang didaraskan setiap waktu telah melahirkan harmoni yang selaras dengan alam. 
 
Share:

Air Terjun Takapala, Lembah Sunyi Diantara Tebing-tebing Batu

Air Terjun Takapala Malino
Air Terjun Takapala Malino || Jelajah Suwanto

Semilir angin pegunungan menyambut kami di hari pertama Jelajah Malino. Atas rekomendasi staf  Hotel Bukit Indah, agenda Keluarga Suwanto siang itu mengunjungi Air Terjun Takapala. Lokasi air terjun tak jauh dari penginapan, kurang lebih 30 menit berkendara. Air Terjun Takapala rupanya cukup terkenal, meski ia tersembunyi melindungi lembah sunyi. Pantas saja air terjun Takapala menjadi salah satu tempat unggulan wisata di kawasan Malino.

Share:

Pastikan Harga, Sebelum Menyantap Renyahnya Nila Goreng Bili-Bili


Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa || JelajahSuwanto
Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa || JelajahSuwanto

Kurang lebih pukul 11.30 WITA, Keluarga Suwanto sudah berkendara sekitar 30km dari Makassar ke arah Malino. Ada sebuah Bendungan besar yang sangat penting bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Bendungan itu tidak lain adalah Bendungan Bili-bili.

Menurut informasi, ikan goreng Bili-bili terkenal enak dan renyah, apalagi dilengkapi dengan cah kangkung dan sambal mangga yang menggiurkan. Pas pula jam-nya makan siang. Maka tak buang waktu, singgahlah kami di Bendungan Bili-bili ini.

Share:

Jelajah Malino, Perjalanan dan Penginapan

Perbukitan, Persawahan dan Bebatuan Sungai Jeneberang, dalam perjalanan Makassar - Malino || JelajahSuwanto
Perbukitan, Persawahan dan Bebatuan Sungai Jeneberang, dalam perjalanan Makassar - Malino || JelajahSuwanto

Weekend telah tiba. Keluarga Suwanto sepakat untuk menjelajahi Malino. Kawasan wisata Malino identik dengan Kawasan Puncak Bogor yang sejuk dan asri. Malino sendiri adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Tinggimoncong, Gowa, Sulawesi Selatan. Jarak dari Makassar sekitar 90km atau dapat ditempuh antara 2-3 jam berkendara. Selain lanskap alamnya yang indah, ternyata Malino merupakan tempat bersejarah bahkan sejak jaman pendudukan Belanda.


Bentang alam dalam perjalanan Malino-Makassar || JelajahSuwanto
Bentang alam dalam perjalanan Malino-Makassar || JelajahSuwanto

Setelah mencari informasi dari sana-sini kami siap berangkat ke Malino pada hari Sabtu pagi. Malino berada di ketinggian 900-1500 mdpl. Tidak heran jika perjalanannya mendaki dan berkelak–kelok. Perbukitan dengan pepohonan rimbun, persawahan dan aliran Sungai Jeneberang memukau mata. Kami beruntung dapat menyaksikan gerombolan kupu-kupu di rumpun saliara.

Poros Malino termasuk jalan utama yang padat. Kendaraan berat, truk-truk besar yang membawa material tanah dan pasir dari Sungai Jeneberang hilir mudik berpapasan. Selalu berhati-hati dalam berkendara dan berdoalah sebelum memulai perjalanan.

Share:

Unaccompanied Minor, Dukung Anak Berani Terbang Sendiri

 
Young Traveler dengan Unaccompanied Minor +jelajahsuwanto


“Bunda, nanti jangan nangis ya, nanti Mas malu kalo bunda nangis”
Whaaat …  Itulah yang dikatakan anak lelakiku yang baru saja berusia 11 tahun, saat kami mengantarnya ke Bandara. Ia akan terbang solo pertama kalinya dari Makassar tujuan Yogyakarta. 

Kelak, engkau akan tahu rasanya khawatir setelah menjadi orang tua, Nak.

Libur sekolah telah tiba. Ajakan menjelajah Bromo dari tantenya yang tinggal di Yogyakarta rupanya membakar keberanian anak lelakiku. Dia setuju terbang sendiri dari Makassar. Sebagai Ibu, saya mendukung keputusannya. Namun tetap saja perasaan khawatir itu datang tanpa diminta.

Berhubung ini adalah terbang perdananya, maka kami memastikan ia terbang dengan aman dan nyaman. Kami memilih Maskapai Garuda Indonesia.
Sehari sebelum keberangkatan, kami mendatangi Counter Garuda di Jl. AP. Pettarani Makassar untuk chek in. Ternyata, bagi anak-anak yang melakukan perjalanan tanpa didampingi orang tuanya akan dilayani sebagai Unaccompanied Minor (UM). Kami diarahkan agar langsung saja ke Counter Customer Service Garuda Indonesia di Bandara, 2 jam sebelum terbang. 


Share:

Puntondo, Nuansa Syahdu Pesisir Teluk Laikang

salah satu nature wisdom
dari PPLH Puntondo
Tidak mau kalah dengan para suami yang subuh – subuh sudah punya agenda gowes Makassar–Puntondo, para ibu dan pasukan krucils keukeuh  membuntuti. Dari kata orang, Pantai Puntondo ini cantik dan indah, oleh karena itu kami begitu bersemangat. 

Bebatuan di laut puntondo
Meeting point kami dengan para suami ditetapkan di PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Puntondo. Menurut leaflet yang diterbitkan PPLH, jarak tempuh Makassar – Putondo sekitar 60 km. Tetapi sepertinya lebih jauh dari itu, kami merasa tidak sampai-sampai. Hampir 3 jam kami berkendara. Memang dasarnya baru berangkat dari Makassar sekitar pukul sembilan WITA, makanya tak perlu heran jika para goweser malah lebih dulu tiba. 

Kompleks PPLH berada di pesisir Teluk Laikang. Tepatnya di Dusun Laikang, Mangarabombang, Takalar, Sulawesi Selatan. Begitu memasuki Laikang, hiruk pikuk poros Sungguminasa-Takalar langsung meruap, digantikan kesederhanaan pesisir. Ruas jalan menyempit, ditambah beberapa lubang yang cukup dalam. Ban mobil kami sempat selip.
Share:

Bukit Doa Tomohon: Untaian Litani Syukur Tiada Henti

Selamat pagi Manado. 

Keluarga Suwanto menyambut Pagi pertama di Manado dengan penuh sukacita. Hari ini kami akan diajak menjelajah kota Tomohon. Tempat pertama yang diagendakan adalah Bukit Doa Tomohon.

Perjalanan menuju Bukit Doa Tomohon diperkirakan dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Kota Manado. Jalan menuju Tomohon mendaki, berkelak-kelok, dan ruas jalannya terhitung sempit. Namun kali ini, Ayah bebas tugas dari menyetir, sudah diserahkan pada ahlinya, Om Sandy, kawan baru dari Manado.

Sepertinya khasnya perjalanan menuju pegunungan, di sepanjang Manado-Tomohon ini pun kita akan dimanjakan dengan hijau segarnya alam.
Rumah adat di tengah hijaunya alam, dalam perjalanan Manado - Tomohon  +fotojelajahsuwanto+
Dari ketinggian dapat pula terlihat Kota Manado dengan latar belakang laut dan Gunung Manado Tua.
Gunung Manado Tua +fotojelajahsuwanto+

Bukit Doa Tomohon atau dikenal juga dengan nama Jalan Salib Mahawu berada di Kaki Gunung Mahawu, Desa Kakaskasen II, Tomohon Utara. Terdapat dua pintu Masuk untuk menuju Bukit Doa. Pertama bisa dengan jalan kaki melalui jalur Jalan Salib Mahawu.
Share:

Senja di Pulau Liukang Loe


Senja di Pulau Liukang Loe     +fotojelajahsuwanto+

Sore itu setibanya kami di Bira, Bu Riswan, istri pemilik Riswan Guest’s House merekomendasikan untuk terlebih dahulu mengunjungi Pulau Liukang Loe. Kami bisa menikmati matahari senja yang akan segera masuk ke peraduannya. Sekaligus makan siang yang tertunda di Pulau.

Pak Bahri, rekanan Riswan’s Guest House membawa kami dengan perahu motor menuju Pulau Liukang Loe. Pulau tersebut tepat di seberang Pantai Tanjung Bira. Diperlukan waktu sekitar 15 -20 menit dan tigaratus ribu rupiah untuk sampai di sana pulang pergi. 

Share:

Gua Batu Bantimurung: Terbawa Imajinasi

Gua Batu, Bantimurung: Seberkas cahaya  +fotojelajahsuwanto
Ketika memutuskan pergi ke Bantimurung, dalam benak kami, hanya air terjun saja yang akan dijumpai. Ternyata, selain ruahnya air terjun yang membuih dan pepohonan rindang di dinding karts, ada banyak hal lagi yang dapat dijelajahi. 
Dari papan informasi, diketahui ada Gua Batu, Danau Kassi Kebo dan Gua Mimpi.
Maka, siang itu keluarga Suwanto memutuskan untuk menjelajahi terlebih dahulu Gua Batu dan Danau Kassi Kebo. Mari kita menjelajah, sons!

Gua batu berjarak kurang lebih 800 meter dari air terjun. Menaiki tangga beton yang cukup lumayan hosh hosh, petualangan dimulai. 
Gua Batu, Bantimurung: Menaiki tangga  +fotojelajahsuwanto 

Pengelola sudah menyiapkan track untuk memudahkan pengunjung sampai di Gua Batu berupa jalan setapak yang sudah ditembok. Namun kala itu, ada juga yang masih jalan tanah, mungkin karena longsor. Ikuti saja jalan itu, sudah pasti kita tidak akan tersesat.
Di perjalanan ini, kami hanya berpapasan dengan sepasang bule kakek nenek yang begitu gesit dan sepasang pribumi. Mungkin, belum banyak pengunjung yang tertarik dengan wisata semi hiking ini.
Share:

KELUARGA SUWANTO

KELUARGA SUWANTO
Keluarga Suwanto di Ranger Station Raja Ampat

Recent Posts

Popular Posts

Label

Arsip Jelajahsuwanto