SEKILAS TENTANG TAMAN SUROPATI
ADA APA DI TAMAN SUROPATI?
Matahari hampir mencapai puncak langit, waktu yang tepat untuk cari angin mampir ke taman sejuta kenangan ini. Terik matahari diredam oleh rimbun daun-daun mahoni yang telah lanjut usianya. Taman Suropati memang memiliki banyak jenis pohon yang bercabang banyak dan berdaun rindang. Selain Swietenia Mahagoni atau Mahoni, ada pula Sawo Kecik yang rasa buahnya manis-manis sepet, Tanjung, Kelapa, Bungur juga tanaman suku palem-paleman turut memeriahkan sudut-sudut taman.
Taman yang memadukan bentuk persegi dan lingkaran ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang. Bangku-bangku taman, gazebo, trek jogging, dan toilet tersedia bagi kenyamanan para pengunjung. Terdapat juga monumen berupa patung-patung karya seniman patung dari 6 negara Asia Tenggara pendiri ASEAN. Taman Suropati menjadi penting karena ada nilai historis dari peletakan patung-patung tersebut.
Taman seluas 16.328 m2 ini ditata dan dirawat dengan baik. Helai-helai kuning, hijau atau coklat tua dedaunan kering tak lama singgah di tanah. Para petugas Pemeliharaan Taman sigap merapikan. Fasilitas seperti toilet umum terjaga bersih. Pemeliharaan Taman Suropati berada di bawah naungan Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Bisa dikatakan Taman Suropati adalah salah satu taman dengan kualitas terbaik di Jakarta.
Taman Suropati Sabtu siang itu ternyata diminati banyak pengunjung. Dalam kenanganku setiap akhir pekan selalu ada saja orang beraktivitas. Kali inipun riuh orang-orang bercengkerama di sekitar taman. Duduk-duduk di bangku-bangku yang tersedia atau ngemper di trotoar sambil menyantap makanan. Rasanya mereka sama seperti kami, rindu menghirup udara segar karena lama tertawan corona.
Beruntung kami masih dapat menepikan mobil di bahu jalan dibantu abang tukang parkir yang murah senyum. Salah satu yang mungkin menjadi kekurangan Taman Suropati adalah lahan parkir yang minim. Seperti Abang tukang parkir, penjual makanan juga sumringah, wira-wiri mengantar pesanan. Hari itu nampaknya mereka laris manis. Gerobak-gerobak dorong mangkal di pelataran taman. Ada Siomay, Batagor, Bakso, Donat, Minuman dingin, Kopi, Cilok dan jajanan warung lainnya.
Sebagai area publik, tidak ada biaya untuk masuk Taman Suropati. Semua fasilitas di dalam taman dapat dinikmati bersama. Tentu saja sangat disarankan kita sebagai pengunjung turut bertanggungjawab menjaga kebersihan taman.
Setelah ratusan purnama, kini kami tak lagi berdua, sudah berempat. Kami mengajak anak-anak memutari jogging track di bagian luar taman karena relatif lebih sepi. Sambil berjalan santai, anak-anak ah oh mendengar napak tilas ayah bundanya. Rumah burung dara masih bisa ditunjukkan. Kolam air mancur yang tak sedang mancur terlihat dari titik kami berfoto. Sementara patung-patung artistik simbol perdamaian Asia Tenggara tak sempat anak-anak kagumi.
Tak ingin menganggu dengkur kucing manis, keluarga Suwanto mengakhiri napak tilas hari itu. Taman Suropati dengan segala kenangannya masih memberikan kesejukan bagi siapa saja yang mendatanginya.
________________
Kisah Kepahlawanan Untung Suropati
to be continued . . .